Status Dieng Jadi 'Siaga', Radius Aman 1.000 Meter
Kendati demikian, warga hanya beraktivitas sejak siang hingga sore hari karena konsentrasi gas karbon dioksida dari kawah Timbang meningkat pada dini hari hingga menjelang pagi.
Sukardiyo (45), tokoh masyarakat Dusun Simbar, Desa Sumberejo, Kecamatan Batur, yang merupakan dusun terdekat dengan kawah Timbang, Kamis (26/5/2011), mengaku, kearifan lokal warga telah mempelajari sifat dan waktu keluarnya gas beracun, yakni malam hingga pagi hari.
"Warga sudah terbiasa dengan peningkatan aktivitas kawah Timbang. Jadi, kalau aktivitas kawah naik, warga berangkat ke ladang siang hari," tuturnya.
Jumlah warga yang bertempat tinggal di Dusun Simbar yang berdekatan dengan Kawah Timbang, menurut Sukardiyo, sekitar 400 jiwa. Walau masih tetap tenang, aparat desa setempat tetap meminta warga menjauhi kawah Timbang setidaknya untuk radius 1 kilometer.
Secara terpisah, Camat Batur Sarkono mengatakan telah menyiapkan tempat evakuasi, termasuk membentuk satuan tugas jika aktivitas kawah terus meningkat.
Kendati hampir tidak pernah meletus, Gunung Dieng setinggi 2.565 meter di atas permukaan laut itu cukup berbahaya karena karakteristik kawahnya aktif mengeluarkan gas karbon monoksida (CO) yang beracun.
Terus dipantau
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Surono menyatakan, saat ini timnya terus memantau aktivitas Gunung Dieng terus-menerus selama 24 jam. Selain pendataan teknis melalui seismograf, petugas di lapangan juga melakukan pengamatan visual di sekeliling kawasan kawah Timbang.
"Kami mengamati organisme makhluk hidup di sana. Kalau binatang seperti kupu-kupu atau burung sudah bergerak menjauhi kawah, berarti konsentrasi gas sudah masuk kategori berbahaya," tuturnya.
Saat ini, kawah Timbang masih terus mengembuskan asap kawah berwarna putih tipis dengan ketinggian sekitar 30 meter. Menurut Surono, karakteristik Gunung Dieng hampir mirip Gunung Kelud, yang sangat berbahaya akibat semburan gas CO-nya.
Terlebih lagi, gas ini tidak berbau dan tidak dapat dilihat secara kasatmata seperti halnya awan panas Gunung Merapi. Oleh karena itu, ia berharap masyarakat tidak meremehkan peningkatan aktivitas kegempaan gunung tersebut.
Ia menjelaskan, konsentrasi gas CO akan lebih berbahaya saat kondisi cuaca tidak terik, seperti pada pagi hari atau mendung. Sebab, pada saat itu, zat karbon dari kawah masih murni dan tidak diikat oksigen menjadi karbon dioksida.
"Jika aktivitas kegempaan meningkat, kami khawatir akan memicu produksi gas beracun dari perut kawah-kawah. Harus diingat bahwa gas beracun di kawasan itu pernah merenggut lebih dari seratus nyawa dan siklus kegunungapian akan terus berputar," jelas Surono.
Status Dieng Jadi 'Siaga', Radius Aman 1.000 Meter
JAKARTA - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah mengevakuasi warga yang tinggal di sekitar Gunung Dieng, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, hingga radius 1.000 meter dari Kawah Timbang.
Kepala BNPB Syamsul Maarif mengatakan upaya evakuasi dilakukan setelah pihaknya bersama Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) berkoordinasi.
“Sejak ada informasi dari Kepala Vulkanologi (PVMBG) Bapak Surono, BNPB telah melakukan rapat di Dieng dan diumumkan secara resmi mengenai kenaikan dari waspada menjadi siaga,” tutur Syamsul di Jakarta, Senin (30/5/2011).
BNPB, lanjut dia, juga telah melakukan upaya preventif terhadap ancaman yang mungkin terjadi terkait asap membahayakan yang keluar dari Kawah Timbang.
Sementara itu terkait bantuan untuk para pengungsi, Syamsul mengatakan, pihaknya telah berkoordinasi dengan Kementerian Sosial.
“Kemenkos hari ini juga akan berangkat ke sana namun belum dijelaskan bentuk bantuan apa untuk masyarakat,” ujarnya.(ton)
(mbs)
Dieng Siaga Gas Beracun, Sebanyak 603 Warga Diungsikan
JAKARTA—Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengingatkan warga sekitar dataran tinggi Dieng, agar mewaspadai ancaman gas beracun dari Kawah Timbang. Lembaga ini bahkan mengklaim, bencana Dieng bisa lebih mematikan dari bencana letusan Merapi.
"Dampak dari gas itu sangat mematikan dan itu sudah terbukti pada tahun 1979 di Kawah Sinila,” kata Kepala BNPB Syamsul Maarif, di Jakarta, Senin (30/5). Maarif mengisahkan, pada 1979 silam terjadi letusan freatik (letusan permukaan) dari Kawah Sinila di Kompleks Kawah Dieng.
Letusan gas beracun sianida ini mengakibatkan ratusan nyawa warga setempat melayang. Yang paling berbahaya, kata dia, gas dari Dieng ini bisa menghasilkan racun yang tidak tampak dan tidak berbau. “Karena tidak tampak dan tidak berbau ini sangat mematikan. Gas ini lebih berbahaya dan mematikan dari Merapi dan Sinabung,” ujarnya.
Pada Senin (23/5) status Kawah Timbang yang berada di wilayah Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara ini dinaikkan dari Normal ke Waspada. Sepekan kemudian, tepatnya Minggu (29/5) malam, status Gunung Dieng di Jawa Tengah ini meningkat menjadi Siaga atau Level III. Seiring meningkatnya status, ribuan warga dievakuasi. Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Surono, mengungkapkan radius aman bagi para warga pun diperluas menjadi satu kilometer dari sebelumnya hanya 500 meter.
Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menyatakan, konsentrasi gas karbondioksida (CO2) yang dikeluarkan kawah, cenderung meningkat. Petugas Quick Respons Team Badan Geologi, Umar Rosadi, di Pos Pengamatan Gunung Api Dieng, Kecamatan Batur, mengungkapkan berdasarkan pengamatan hingga pukul 15.00 WIB, konsentrasi CO2 di Kawah Timbang telah mencapai 0,596 persen volume, katanya. Akibatnya, sejumlah tumbuhan dan burung ditemukan mati.
Menurut dia, angka tersebut sudah berbahaya bagi manusia karena batas aman konsentrasi CO2 adalah di bawah 0,5 persen volume. Oleh karena itu, kata dia, pihaknya tetap merekomendasikan agar wilayah yang berada dalam radius 1.000 meter dari Kawah Timbang tetap disterilkan.
Selain CO2, lanjutnya, Kawah Timbang juga mengeluarkan gas H2S (sulfur) dan CO (karbonmonoksida). "Namun yang paling membahayakan dan mematikan adalah CO2 karena sifatnya yang tidak berwarna dan tidak berasa," katanya.
Pemantauan visual terhadap Kawah Timbang dilakukan sejak 22 Mei. Saat itu petugas mulai mengamati adanya embusan asap kawah berwarna putih tipis dengan ketinggian mencapai 20 meter. Asap putih ini muncul setiap 15-30 menit. Akan tetapi, kemunculan asap tidak terjadi di kawah lain seperti, Kawah Sileri, Kawah Sinila, Kawah Siglagah, Kawah Condrodimuko, dan Kawah Sikidang. Gunung Dieng merupakan gunung yang terletak di tiga kabupaten, yaitu Banjarnegara, Wonosobo, dan Batang
Tanggap Darurat
Sementara Bupati Banjarnegara Djasri menyatakan telah terjadi bencana di Dataran Tinggi Dieng menyusul peningkatan status Kawah Timbang dari waspada menjadi siaga. "Hari ini saya keluarkan Surat Pernyataan Bencana Dataran Tinggi Dieng," kata Djasri. Oleh karena itu, kata dia, dengan dikeluarkannya status siaga di wilayah Kecamatan Batur ini, Pemerintah Kabupaten Banjarnegara menyatakan tanggap darurat sejak tanggal 30 Mei hingga 12 Juni 2011. Terkait hal itu, lanjutnya, dilakukan upaya penanganan darurat berupa penyaluran logistik, evakuasi, pencarian, dan pertolongan.
Djasri mengatakan warga yang berpotensi terkena gas mencapai 1.079 jiwa yang terdapat di tiga dusun. "Mereka harus mengungsi, jika kondisi benar-benar membahayakan," katanya. Lokasi pengungsian yang sudah disiapkan yakni di SMA 1 Batur dan Balai Desa Batur.
Dari Wonosobo, Kepala Kantor Kesbangpol dan Linmas setempat, One Andang Wardoyo menyatakan, hingga Senin(30/5) malam, kondisi Kawah Timbang Gunung Dieng masih stabil siaga. “Kalau untuk kondisi kawah timbang masih stabil siaga. Tetapi kadar CO2 masih cukup pekat,” katanya saat dihubungi Joglosemar Senin(30/5) malam.
Meski demikian, penduduk yang terdekat dengan lokasi, yakni tiga dusun di Kecamatan Kejajar, Wonosobo, yang berada pada jarak empat kilometer dari pusat kawah belum perlu untuk dievakuasi. “Tetapi sebagai antisipasi kemungkinan terburuk kami sudah siapkan jalur evakuasi dan lokasinya,” terang dia.
Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana, Andi Arief, menyatakan jumlah pengungsi di Dataran Tinggi Dieng, Banjarnegara dan Wonosobo, Jawa Tengah, mencapai 603 orang. Mereka terbagi di 17 pos.
Antara | Okezone | Tri Sulistiyani | Detik
PMI Jadi Koordinator Pendataan Dampak Dieng
Jakarta (ANTARA) - Palang Merah Indonesia (PMI) dipercaya menjadi satu-satunya lembaga kemanusiaan yang menjadi koordinator di beberapa bidang layanan dalam penanggulangan bencana Dieng yaitu pendataan dampak bencana, bantuan logistik, dan layanan Dapur Umum.
"Berdasarkan hasil rapat koordinasi tentang penanggulangan bencana Dieng dengan pemerintah setempat dan berbagai instansi dan lembaga terkait, telah menyepakati bahwa PMI dipercaya menjadi satu-satunya lembaga kemanusiaan yang menjadi koordinator di beberapa bidang layanan yaitu pendataan dampak bencana, bantuan logistik, dan layanan Dapur Umum," kata Kepala Markas PMI Banjarnegara Edi Purwanto melalui siaran pers yang diterima ANTARA Jakarta, Minggu.
Lebih lanjut dijelaskan, berdasarkan laporan pos Pengawasan Gunung Api (PGA) Dieng, Jawa Tengah, Minggu pagi (29/5), status bahaya gas beracun di Kawah Timbang Dieng, telah menurun. Warga kini telah kembali ke rumah masing-masing.
"Status Dieng masih sama seperti kemarin yaitu WASPADA (Level II). Namun status bahaya gas beracunnya diumumkan telah menurun. Warga kini telah kembali ke rumah masing-masing. Saat ini ada 12 personil dari PMI Kabupaten Banjarnegara dan PMI Provinsi Jawa Tengah yang tengah melakukan pendataan dampak bahaya bencana Dieng dan pemantauan kondisi perkembangan aktifitas Gunung Dieng," kata Edi Purwanto.
Lebih lanjut Edi menjelaskan bahwa PMI juga telah memberikan bantuan logistik lainnya selain masker, yakni mengirimkan bantuan berupa 30 roll terpal plastik dan 50 paket hygiene kit.
Sebelumnya Posko Markas PMI Provinsi Jawa Tengah melaporkan terjadi peningkatan intensitas gempa vulkanik dan potensi bahaya gas CO2 akibat peningkatan aktifitas Kawah Timbang di Gunung Dieng, Desa Sumberejo.
Disampaikan pula bahwa Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) telah menyatakan status Gunung Dieng meningkat dari Normal (Level I) menjadi Waspada (Level II).
Berdasarkan data pada pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Dieng, Wonosobo, Jawa Tengah, terjadi peningkatan kandungan gas CO2 pada pukul 11.17 WIB, Sabtu (28/5) sebanyak 0,86 persen volume.
Sedangkan batas aman kandungan CO2 hanya 0,5 persen volume. Untuk intensitas gempa vulkanik, hingga pukul 17.00 WIB hari ini, telah terjadi 13 kali gempa.
Para warga yang tinggal di lokasi terkena dampak bahaya gas CO2 yang beracun ini, segera diungsikan pada pukul 16.00 WIB, Sabtu sore (28/5).
Sebanyak 140 KK atau sekitar 510 jiwa) dari desa Sumberejo Dusun Simbar, dan 151 KK atau sekitar 669 jiwa dari Dukuh Serang, dan ratusan warga Dukuh Kaliputih terpaksa mengungsi.
"PMI Kabupaten Banjarnegara segera mengerahkan sekitar 10 personel Satgana (Satuan Penanganan Bencana) untuk ditugaskan melakukan pemantauan aktifitas Gunung Dieng dan membantu evakuasi ribuan warga dari Desa Sumberejo, Serang, Kaliputih dan Simbung. Dan kini kami sedang bersiap untuk segera mendirikan posko lapangan PMI di Kecamatan Batur," ujar Edi Purwanto.
Ia menambahkan bahwa saat ini telah diberangkatkan bantuan PMI berupa ratusan unit masker antigas beracun dari PMI Provinsi Jawa Tengah menuju lokasi terdampak. Ditargetkan bantuan ini akan tiba Sabtu malam ini juga.
"Kami juga menargetkan akan memberikan layanan Dapur Umum untuk membantu menyediakan makanan siap santap bagi para pengungsi," katanya.
Hingga saat ini, seluruh personel PMI disiagakan untuk senantiasa melakukan pemantauan kondisi di lokasi selama 24 jam secara intensif.
Gas Beracun Ancam Ribuan Warga Dieng
Untuk mengantisipasi jatuhnya korban jiwa, Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Banjarnegara (Jateng) mengimbau warga termasuk wisatawan untuk tidak mendekati kawah, khususnya kawah Timbang Dataran Tinggi Dieng di Dusun Simbar, Desa Sumberejo, Kecamatan Batur.
Peningkatan status Dieng menjadi waspada itu sebagai antisipasi kemungkinan munculnya gas beracun yang bisa membahayakan bagi penduduk di Kompleks Dieng, seperti yang terjadi pada 20 Februari 1979. Yakni sebuah peristiwa luar biasa, karena Kawah Sinila mengeluarkan gas beracun melalui retakan-retakan tanah di sekitarnya, sehingga menewaskan 149 warga setempat yang menghirupnya.
Bupati Banjarnegara, Djasri menggelar rapat koordinasi persiapan penanganan bencana Dieng, menyusul gempa yang terjadi dan ancaman gas beracun di kawasan Kawah Timbang, Desa Sumberejo, Kecamatan Batur selama beberapa hari terakhir ini. Rapat dihadiri dinas dan satuan tugas yang terkait dengan penanganan bencana alam.Mengingat getaran yang sampai saat ini masih terjadi dan dapat dirasakan oleh penduduk daerah sekitar, Bupati mengatakan perlu diantisipasi sedini mungkin terhadap kemungkinan terburuk. “Harus ada kesiapan daerah, jangan sampai menunggu bencana itu datang. Dan kami menghimbau kepada warga di sekitar Dieng untuk siaga”, ujarnya.
Dalam rapat koordinasi ini diadakan pembagian tugas kepada setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) untuk mempersiapkan segala sesuatunya. Yaki menyangkut pemasangan tanda petunjuk bahaya di sekitar Kawah Timbang, penentuan jalur alternatif evakuasi, penentuan tempat pengungsian, dan kendaraan untuk mengangkut penduduk.
“Perlu diperhatikan juga penyediaan mobil ambulans, obat-obatan dan barak untuk ditempati penduduk”, kata Bupati.
Bupati juga memandang perlu dibentuknya Tim Sosialisasi yang bertugas memberikan pengarahan kepada masyarakat tentang bahaya gas beracun da
n menjelaskan jalur evakuasi. “Warga yang masih beraktivitas di sekitar daerah yang rawan gas itu harus diberi peringatan dan diharuskan menjauh dari lokasi dengan radius 500-1000 meter”, jelasnya.
Bupati juga meminta supaya SKPD terkait yang mendapatkan tugas untuk segera melakukan langkah-langkah konkret di lapangan termasuk pembuatan posko di kecamatan.PVBMG dalam rilisnya yang diterima Seruu!! menyatakan, konsentrasi gas karbondioksida (CO2) yang dikeluarkan Kawah Timbang meningkat seiring terjadinya peningkatan aktivitas kegempaan di Gunung Dieng.Bahkan, gempa masih sering terjadi di Dieng.
Berdasarkan pemantauan visual petugas di pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Dieng, sejak tanggal 22 Mei 2011 mulai teramati hembusan asap kawah berwarna putih tipis ketinggian sekitar 20 meter dengan perioda kemunculanberkisar antara 15 – 30 menit. Padahal sebelumnya tidak pernah teramati adanya hembusan asap di kawah tersebut.
Sedangkan pemantauan pada Kawah Sileri, Kawah Sinila, Kawah Siglagah, Kawah Candradimuka dan Kawah Sikidang relatif tidak terjadi perubahan yang signifikan.Untuk pemantauan kegempaan Gunung Dieng, jenis gempa Vulkanik Dalam dan Vulkanik Dangkal terjadi sejak Januari 2011, dan jarang sekali terekam. Tetapi pada tanggal 18 – 22 Mei 2011 gempa-gempa yang terekam seismograf di pos PGA Dieng cukup signifikan. Yakni gempa vulkanik dalam terekam sebanyak 62 kejadian, gempa vulkanik dangkal 59 kali, tektonik jauh 3 kejadian dan gempa tektonik lokal 1 kejadian.
Pemantauan gas CO2 (karbaondikosida) ,teramati adanya peningkatan konsentrasi gas yang keluar dari Kawah Timbang pada tanggal 23 Mei 2011 mencapai konsentrasi 0,10623 % .
Saat ini, pemantauan aktivitas Gunung Dieng dilakukan secara intensif oleh petugas di pos PGA Dieng. Ini untuk mengantisipasi adanya peningkatan lebih lanjut. Dan tiga kabupaten yang berada di bawah Gunung Dieng, yakni Kabupaten Wonosobo, Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Batang, kini menghimbau klepada warganya untuk siaga.
Sumber : seruu.com
Bupati Banjarnegara Keluarkan Surat Pernyataan Bencana Dieng
"Hari ini saya keluarkan Surat Pernyataan Bencana Dataran Tinggi Dieng," kata Djasri kepada wartawan, di Posko Penanggulangan Bencana Dieng, Kecamatan Batur, Banjarnegara, Senin (30/5).
Menurut dia dalam surat bernomor 360/1560/V/2011 tertanggal 30 Mei 2011 disebutkan bahwa telah terjadi bencana Gunung Dieng yang mengalami erupsi dan mengeluarkan gas beracun (CO2). Dan, dengan dikeluarkannya status siaga di wilayah Kecamatan Batur, Pemerintah Kabupaten Banjarnegara menyatakan tanggap darurat sejak tanggal 30 Mei hingga 12 Juni 2011.
Terkait hal itu, lanjutnya, dilakukan upaya penanganan darurat berupa penyaluran logistik, evakuasi, pencarian, dan pertolongan.
"Untuk itu, saya datang ke sini untuk mengecek persiapan penanganan darurat. Kami minta teman-teman di sini melakukan penanganan darurat, termasuk memantau wilayah dalam radius satu kilometer dari Kawah Timbang," katanya.
Disinggung mengenai kemungkinan penetapan status bencana tersebut akan memengaruhi kunjungan wisatawan, dia mengatakan, hal itu tetap akan berpengaruh terhadap kawasan wisata Dieng.
"Jelas ada pengaruh walaupun sebenarnya tidak ada pengaruhnya karena yang dikunjungi kawasan candi, Kawah Sikidang, dan beberapa kawah lainnya. Kalau Kawah Sinila dan Kawah Timbang sejak dulu sudah ada larangan untuk dikunjungi," kata dia menegaskan.
Sementara itu, Camat Batur Sarkono mengatakan, pihaknya telah menyiapkan dua lokasi pengungsian, yakni Balai Desa Batur dan Sekolah Menengah Negeri 1 Batur. Menurutnya evakuasi dilakukan sejak Minggu (29/5) malam, pukul 23.30 WIB. Namun, sebagian besar pengungsi kembali ke rumah masing-masing pada pagi hari untuk berladang. (Ant/Tom)
Gubernur Minta Pengungsi Dieng Kembali ke Rumah
Imbauan Gubernur Jawa Tengah itu disampaikan oleh Kepala Biro Humas Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, Agus Utomo, Minggu malam, melalui siaran pers menyusul gempa tektonik dan vulkanik berkekuatan rendah di Kawah Timbang pada Sabtu dan Minggu (28-29 Mei).
"Masyarakar Dieng jangan panik dan meninggalkan rumah. Masyarakat agar memperhatikan petunjuk aparat, jangan ikuti petunjuk dari pihak yang tidak bertanggung jawab," kata Gubernur Jateng.
Kawasan permukiman yang ditinggalkan warga dengan lokasi gempa berjarak sekitar satu kilometer dari Kawah Timbang sehingga dinilai masih aman untuk ditempati.
Kendati demikian, menurut Gubernur Jateng, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan dan demi menjaga keselamatan, masyarakat untuk sementara waktu agar tak melakukana aktivitas di ladang, yang rata-rata lokasinya berjarak 500 meter dari Kawah Timbang.
Hal tersebut untuk menghindari risiko apabila terjadi embusan racun karbondioksida (CO2) dari kawah tersebut.
Sementara itu, Kepala Dinas Energi Sumberdaya Mineral Jateng, Teguh Paryono, menjelaskan, gempa yang terjadi di kawasan Dieng merupakan hal biasa sehingga masyarakat tak perlu panik.
"Yang penting warga mengikuti informasi dan petunjuk dari aparat pemkab atau petugas dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi setempat," katanya.
Gempa yang terjadi Sabtu (28/5) mulai pukul 00.00 hingga 06.00 WIB itu sebanyak 14 kali berupa gempa tektonik dangkal lokal. Getaran gempa dirasakan masyarakat Batur dengan kekuatan 2,1-3,4 skala Richter.
Pada saat gempa, puncak Kawah Timbang terjadi konsentrasi CO2 sebanyak 26 persen, jauh di atas ambang batas maksimal 0,5 persen sehingga berbahaya bagi masyarakat karena beracun.
Gempa yang terjadi Minggu sudah menurun, yakni enam kali gempa vulkanik dan empat kali tektonik dengan kekuatan rata-rata 2 skala Richter. Demikian pula kadar CO2 juga menurun, yakni di puncak Kawah Timbang tinggal 1,2 persen, sedangkan di sekitar puncak kawah sudah di bawah ambang batas 0,5 persen atau riilnya sekitar 0,11 persen sampai 0,13 persen sehingga tidak berbahaya.
Meski demikian, Gubernur Jateng tetap minta masyarakat setempat untuk sementara tidak melakukan aktivitas di ladang yang berjarak hanya 500 meter dari puncak Kawah Timbang karena CO2 yang keluar dari puncak kawah masih fluktuatif.
Pemkab Banjarnegara sudah memasang alat pemantau kadar CO2 dan dalam radius 500 meter sudah dipasang pita peringatan agar warga tidak melakukan aktivitas di dalam area tersebut. (A030/M012/K004)
PMI Data Dampak Bencana Dieng – Media Indonesia
BNPB: Bencana Dieng Lebih Mematikan dari Merapi
JAKARTA - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengingatkan warga sekitar dataran tinggi Dieng, agar mewaspadai ancaman gas beracun dari kawah Dieng. Lembaga ini bahkan mengklaim, bencana Dieng bisa lebih mematikan dari bencana letusan Merapi.
"Dampak dari gas tersebut sangat mematikan dan itu sudah terbukti pada tahun 1974 di Kawah Sinila,” kata Kepala BNPB Syamsul Maarif, di Jakarta, Senin (30/5/2011).
Maarif mengisahkan, pada 1974 silam terjadi letusan freatik dari Kawah Sinila di Kompleks Kawah Dieng. Letusan gas beracun sianida ini mengakibatkan ratusan nyawa warga setempat melayang.
Yang paling berbahaya, kata dia, gas dari Dieng ini bisa menghasilkan racun yang tidak tampak dan tidak berbau. “Karena tidak tampak dan tidak berbau ini sangat mematikan. Gas ini lebih berbahaya dan mematikan dari Merapi dan Sinabung,” ujarnya.
Untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak dinginkan, pihaknya sudah berkoodinasi dengan Basarnas untuk melakukan upaya penanggulangan bencana di Dieng.
Diketahui, BNPB telah melakukan evakuasi terhadap warga yang tinggal di sekitar Dataran Tinggi Dieng, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, hingga radius 1.000 meter dari Kawah Timbang.
Kepala BNPB Syamsul Maarif mengatakan, upaya evakuasi dilakukan setelah pihaknya bersama Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) berkoordinasi.
(ded)
Gunung Dieng Siaga, Waspadai Gas Beracun

Pemerintah meminta warga yang tinggal di radius satu kilometer dari Gunung Dieng, Jawa Tengah, segera mengungsi. Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana, Surono mengatakan sejak dinaikan statusnya dari waspada menjadi siaga semalam, aktifitas gunung semakin berbahaya. Gas beracun dari gunung mengancam jiwa penduduk sekitar.
“Tidak ada satu kilometer-lah. Kalau ada orang di situ yah mengungsi. Ini parah lah karena gas tidak kelihatan dan tidak bau. Tahu-tahu kalau orang menghirup, mati ajah. Asap kan kelihatan orang lari itu. “
Gunung Dieng terletak di tiga kabupaten di Jawa Tengah: Kabupaten Wonosobo, Banjarnegara dan Batang. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana menaikkan status dari semula waspada menjadi siaga, semalam. Perubahan status ini karena aktivitas Dieng yang mulai tinggi sejak Minggu siang. Aktivitas itu juga disertai munculnya gas beracun.
Gas Beracun Dieng, Warga Diminta Jauhi Kawah
Kawah Gunung Dieng terus mengeluarkan gas CO2, disusul dengan gempa vulkanik
VIVAnews - Aktivitas Gunung berapi Dieng di perbatasan antara Kabupaten Wonosobo dengan Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, terus meningkat dan berstatus waspada (level II). Namun, sejumlah warga masih terlihat berani beraktivitas dengan jarak sekitar tiga kilometer dari kawah timbang.
"Kami melarang warga mendekati kawah Timbang karena sangat berbahaya," kata Kepala Markas PMI Kabupaten Banjarnegara, Edi Purwanto saat berbincang dengan VIVAnews.com, Minggu malam 29 Mei 2010.
Menurut dia, petugas telah mengantisipasi dengan memberikan penyuluhan kepada masyarakat yang tinggal di sekitar gunung, guna meningkatkan kewaspadaannya.
Hingga saat ini, kata Edi, kawah Gunung Dieng terus mengeluarkan gas CO2, disusul dengan gempa vulkanik. "Gas dari kawah itu terus menyembul, bahkan hari ini sudah terjadi 13 kali gempa vulkanik," kata Edi.
Palang Merah Indonesia Provinsi Jawa Tengah segera melakukan evakuasi terhadap warga Desa Sumberejo yang tinggal di dekat sekitar gunung Dieng, Wonosobo, Jawa Tengah.
Sebanyak 140 kepala keluarga (KK) atau sekitar 510 jiwa dari desa Sumberejo Dusun Simbar, dan 151 KK atau sekitar 669 jiwa dari Dukuh Serang, dan ratusan warga Dukuh Kaliputih siap untuk dievakuasi.
Berdasarkan data terakhir pada pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Dieng, kata dia, terjadi peningkatan kandungan gas CO2 pada pukul 11.17 WIB, Sabtu 28 Mei 2011, sebanyak 0,86 persen volume. Sedangkan batas aman kandungan CO2 hanya 0,5 persen volume.
Bupati Banjarnegara Nyatakan Bencana Dieng
"Hari ini saya keluarkan Surat Pernyataan Bencana Dataran Tinggi Dieng," kata Djasri kepada wartawan, di Posko Penanggulangan Bencana Dieng, Kecamatan Batur, Banjarnegara, Senin (30/5).
Menurut dia dalam surat bernomor 360/1560/V/2011 tertanggal 30 Mei 2011 disebutkan bahwa telah terjadi bencana Gunung Dieng yang mengalami erupsi dan mengeluarkan gas beracun (CO2).
Oleh karena itu, kata dia, dengan dikeluarkannya status siaga di wilayah Kecamatan Batur, Pemerintah Kabupaten Banjarnegara menyatakan tanggap darurat sejak tanggal 30 Mei hingga 12 Juni 2011.
Terkait hal itu, lanjutnya, dilakukan upaya penanganan darurat berupa penyaluran logistik, evakuasi, pencarian, dan pertolongan.
"Untuk itu, saya datang ke sini untuk mengecek persiapan penanganan darurat. Kami minta teman-teman di sini melakukan penanganan darurat, termasuk memantau wilayah dalam radius satu kilometer dari Kawah Timbang," katanya.
Disinggung mengenai kemungkinan penetapan status bencana tersebut akan memengaruhi kunjungan wisatawan, dia mengatakan, hal itu tetap akan berpengaruh terhadap kawasan wisata Dieng.
"Jelas ada pengaruh walaupun sebenarnya tidak ada pengaruhnya karena yang dikunjungi kawasan candi, Kawah Sikidang, dan beberapa kawah lainnya. Kalau Kawah Sinila dan Kawah Timbang sejak dulu sudah ada larangan untuk dikunjungi," kata dia menegaskan.
Sementara itu, Camat Batur Sarkono mengatakan, pihaknya telah menyiapkan dua lokasi pengungsian, yakni Balai Desa Batur dan Sekolah Menengah Negeri 1 Batur.
Menurut dia, evakuasi dilakukan sejak Minggu (29/5) malam, pukul 23.30 WIB. Akan tetapi, kata dia, sebagian besar pengungsi kembali ke rumah masing-masing pada pagi hari untuk berladang. "Sebenarnya kami melarang mereka pergi ke ladang," katanya.
Berdasarkan data yang dihimpun Antara, sebanyak 270 keluarga dievakuasi pada Minggu malam.
Sebagian besar berasal dari Dukuh Simbar, Desa Sumberejo, yang jumlahnya mencapai 140 keluarga. Selain itu, sejumlah warga dari Dukuh Sumber, Serang, dan Kali Putih, Desa Sumberejo, turut mengungsi. (Ant/X-13)